Selasa, 06 Desember 2016

Berkelana ke Lima Benua Demi Misi Damai

Etape pertama petualangan ke lima benua ”si Jurik Jalanan” Jeffrey Polnaja hampir berakhir. Misi perdamaian dunianya menyentuh hati penduduk berbagi negara. Citra Indonesia ikut terangkat.
Angin musim gugur berembus kencang di sepanjang jalan raya dari Minsk, ibu kota Belarussia, menuju Moscow, ibu kota Russia, Ahad, 9 September lalu. Guyuran hujan lebat membuat suhu makin dingin, menjadi 2 derajat celcius. Di atas jalanan licin ini, sebuah sepeda motor gede (moge) BMW seri R1150 GS melaju kencang.
Stiker peta Indonesia berlatarbelakang bendera Merah Putih terlihat di kaca depan. Tiga kotak muatan terpasang di bagian belakang moge bercat putih itu. Pengemudinya memakai atribut biker lengkap. Jaket hitam tebal dipadu celana dan sepatu hitam. Tak ketinggalan helm putih plus kacamata hitam.
Atribut ini membuat Jeffrey Polnaja, si pengendara, seolah tak peduli dengan terjangan hujan dan udara yang menusuk tulang. Malah, moge-nya sempat dipacu hingga 150 kilometer per jam. Hanya butuh waktu delapan jam untuk melibas 700 kilometer jarak Minsk-Moskow.
Saat motor bernomor D 5010 JJ (singkatan dari ”Jurik Jalanan”, julukan buat Jeffrey) masuk ke kota Moskow, hari sudah menjelang senja. Jeff –panggilan akrabnya– akan singgah sekitar sepekan di kota paling padat se-Eropa ini. Beberapa acara rutin sudah menanti. Mulai konferensi pers, keliling kota, hingga presentasi di berbagai komunitas.
Pria berdarah Ambon kelahiran Bandung, 45 tahun lalu ini mengadakan konferensi pers di Kantor Berita Ria Novosti, 12 September. Acara yang didukung penuh oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Moscow ini menarik perhatian banyak media lokal maupun asing.
Selang sehari, Jeff bertemu dengan ratusan anggota klub motor BMW Russia di gedung BMW Service Centre. Serbuan pertanyan berbaur kekaguman mengarah ke sang Jurik Jalanan alias Phanthom of The Roads ini. Para anggota klub itu terpesona dengan beragam kisah unik Jeff menjelajahi 42 negara di Asia, Afrika, dan Eropa.
Rusia adalah negara ke-43 dalam rangkaian pengembaraan Jeff keliling dunia naik moge sendirian (solo ride). Di bawah bendera Ride for Peace, ia sudah melibas 75.000 kilometer dari rencana perjalanan 330.000 kilometer. Ini setara dengan 150 kali perjalanan Jakarta-Bali pulang-pergi.
Rute ini terbagi menjadi dua etape, masing-masing selama dua tahun. Pertama, menyusuri 50 negara di Asia, Afrika, dan Eropa. Kedua, menyusuri sekitar 54 negara di benua Amerika dan Australia. Jeff mengawali petualangan ini di Jakarta 23 April tahun silam. Dan akan berakhir tahun 2011, karena ada selang rehat setahun di antara dua etape.
Para bikers negeri beruang merah ini pun antusias menanyakan performa sepeda motor BMW Jeff. Total berat motor plus perlengkapan seperti peralatan tidur, memasak, makanan, montir, GPS (global positioning system) mencapai 400 kilogram.
Menurut Jeff, motor yang diberi nama Mahesa (dari bahasa Jawa kuno yang berarti kerbau) ini didesain khusus oleh pabrik BMW di Jerman. Motor bermesin 1.150 cc punya kecepatan maksimal 190 kilometer per jam dan kapasitas tangki bensin 30 liter.
Selama perjalanan, Jeff melanjutkan, motornya tak pernah ngadat. Salah satu trik yang digunakan adalah membagi beban seimbang dan memilih jalan yang pas. ”Kalaupun ada kerusakan kecil, saya reparasi sendiri,” tuturnya.
Lalu apa sih motivasi Jeff sebenarnya? Jeff menuturkan ide petualangan ini muncul saat acara menonton siaran berita bersama keluarga sekitar tujuh tahun lalu. Berita perang di berbagai belahan bumi mendominasi isi berita. Ini mengundang komentar putra keduanya Rendra Tasta yang saat itu baru 10 tahun. ”Ayah mengapa mereka memberik contoh buruk pada kami? Lakukanlah sesuatu,” ujar Jeff menirukan anaknya.
Jeff langsung menjawab, apa yang bisa dilakukan oleh seorang pengusaha dan biker sepertinya. Spontan putranya bilang, Jeff bisa kampanye perdamaian dengan mengendarai sepeda motor. ”Ide ini menghantui saya,” ujar suami Milly Ermilia ini.
Kemudian ia mulai merintis upaya mewujudkan ide itu. Selain menyebarkan misi perdamaian, Jeff juga ingin mempromosikan Indonesia sebagai negara cinta damai. Sehingga citra sebagai negara teroris yang mulai melekat bisa dilepas. Selain itu perjalanan ini juga menjadi bukti semangat petualangan dan kemerdekaan dari tiap manusia.
Ternyata ide Jeff mendapat dukungan aneka kalangan. Selain karena misinya mulia, juga karena Jeff sudah lama dikenal sebagai biker tangguh selama 28 tahun menggeluti dunia motor. Tahun 1996, Jeff terpilih menjadi “Captain Marlboro Adventure Team” (MAT) di Utah, Amerika Serikat. Ia meraih skor tertinggi pada “Motorcycles Off-Road” di Manti la Sal Nat Park, Amerika Serikat. Selain itu, dialah satu-satunya anggota International Long Rider Society asal Indonesia.
Sekitar 30 pendukung dan sponsor Jeff tergabung dalam tim Ride for Peace Officer yang diketuai Menteri Perindustrian Fahmi Idris. Ada pula tokoh dari beragam klub sepeda motor seperti HDCI (Harley Davidson Club Indonesia), HOG (Harley Owners Group), Biker Brotherhood, dan tentu saja BMCI (BMW Motorcycles Club Indonesia). Beberapa perusahaan juga ikut jadi sponsor. Ada produsen oli Top One, Eiger, Oakley, dan Djarum.
Pemerintah pun tak mau ketinggalan. Ikatan Motor Indonesia (IMI) membantu pembuatan carnette de passage. Semacam passport untuk kendaraan bermotor. Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault juga menobatkan Jeff sebagai duta bangsa. Tak mengherankan jika semua KBRI di negara yang masuk rute Ride for Peace selalu memfasilitasi Jeff.
Dukungan moril, fasilitas hingga dana ini sangat membantu kesuksesan misi Ride for Peace. Maklum, ongkos perjalanan sepanjang satu etape saja sudah lebih dari Rp 1,5 milyar. Itu pun sudah banyak dibantu oleh penduduk lokal yang bersimpati pada misi Jeff. ”Banyak yang suka menolong dengan memberi makan minum dan penginapan gratis,” kata Jeff, yang pernah diinapkan gratis di kamar hotel bertarif US$ 3.000 per malam oleh seorang pengusaha di Dubai, Uni Emirat Arab.
Kemudahan seperti ini tak lepas dari karakter Jeff yang ramah, gampang bergaul, dan komunikator. Hanya menguasai bahasa Inggris tak menjadi kendala untuk berkomunikasi dengan puluhan penduduk negara asing. Jika sudah mentok, Jeff biasa menggunakan bahasa tubuh. Dan ternyata bisa dipahami.
Salah satu bukti keampuhan gaya komunikasi Jeff adalah saat ditodong senjata oleh milisi remaja berusia 16 tahun di Laos. Jeff berupaya tenang, lalu mulai mengeluarkan kartu dan main sulap. Mereka jadi terhibur dan membolehkan Jeff lewat.
Ketangguhan Jeff sebagai biker juga teruji saat melewati medan-medan superberat. ”Saya melalui bermacam medan, mulai hutan lebat di Bhutan, pegunungan tinggi sepanjang Himalaya, badai gurun pasir, hingga kawasan perang,” Jeff menjelaskan.
Sekretaris Pertama KBRI Moscow, Johannes Manginsela, mengakui kehebatan Jeff menguasai jalanan. Johannes menyaksikan aksi Jeff melibas jalanan berkelok-kelok dan licin dari perbatasan Russia-Belarussia hingga ke Moscow. Ia naik mobil Mercedes bersama sopir KBRI mengiringi Jeff. ”Orangnya bermental baja dan bertekad kuat untuk mencapai tujuan, meski hujan deras menghadang,” ujar Johannes.
Makna misi perdamaian Jeff makin terasa di wilayah-wilayah konflik dan rawan kejahatan yang sempat dilalui. Selama melewati Kabul, Afghanistan, mesin perang, ranjau, dan milisi bersenjata lengkap dari beragam suku menjadi pemandangan umum. Untunglah, berbekal misi perdamaian, Jeff tak mengalami masalah. Malah dia sempat ditemani salah satu kepala suku hingga ke perbatasan kota.
Media massa Afghanistan pun kagum pada Jeff yang masih mau masuk ke negara yang tak aman karena konflik. ”Saya datang bukan untuk ikut campur urusan politik dalam negeri, tapi memperkokoh hubungan emosional antar masyarakat berbagai bangsa,” kata Jeff.
Kini, jalinan persahabatan masyarakat antar-bangsa mulai terjalin. Jeff aktif menjaga kontak terutama lewat e-mail dan website. Sebaliknya, beberapa komunitas biker di Eropa juga rajin menampilkan update berita perjalanan Jeff. ”Kami terus melanjutkan kontak persahabatan dengan Jeff dan memuat kisahnya di situs kami,” ujar Vladimir Chaikovsky, After Sales Motorrad Manager BMW Rusia.
Untuk penduduk Indonesia, Jeff menyebarkan misi perdamaian ini lewat buku. Kelak kisah perjalanan Ride for Peace akan dibukukan. Ia berharap makin banyak warga yang terinspirasi untuk berani mencoba, jujur, bermental tangguh dan punya kemauan yang keras. The road may end, but not our spirit of adventure, brotherhood, and peace,” slogan itulah yang selalu Jeff pegang teguh.
Astari Yanuarti dan Svet Zakharov ( Moscow)
Catatan :
Liputan diatas pernah dimuat di majalah Gatra edisi No 47/XIII Tanggal 7 Oktober 2007. Saat ini Jeffrey Polnaja sudah pulang ke tanah air dan sedang merencanakan perjalanan etape kedua dari Asia menyeberang ke Amerika lewat selat Bering masuk ke Alaska dan dilanjutkan terus ke Amerika Selatan. Jeffrey Polnaja baru saja tampil di acara KickAndy di Metro TV pada tanggal 30 Januari 2009 lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar